Pengenalan Enterpreneurship pada Anak

Semangat Senin!! Kali ini saya akan sharing seputar  Pengenalan Enterpreneurship pada Anak. Semua orang tua tentunya menginginkan kesuks...

Pengenalan Enterpreneurship pada Anak
Semangat Senin!! Kali ini saya akan sharing seputar Pengenalan Enterpreneurship pada Anak. Semua orang tua tentunya menginginkan kesuksesan anak-anaknya kelak. Bagi saya, sukses yang utama adalah berupa akhlaq atau perilaku yang tercermin pada putra putri kita. Selain itu, kemandirian (moral dan finansial), cara berpikir (yang selalu membawa peran Tuhan dalam kehidupan), serta ilmu pengetahuan (wawasan) merupakan hal yang tak kalah penting untuk dijadikan sebagai tolok ukur.

Untuk menanamkan kemandirian finansial, salah satunya adalah dengan Pengenalan Enterpreneurship pada Anak. Saya sendiri mulai memperkenalkan anak tentang uang sejak usia lima tahun, minimal anak mengerti konsep uang sebagai alat tukar. Selanjutnya memahamkan bahwa uang diperoleh dengan usaha, termasuk ada sekian persen yang harus selalu dikeluarkan sebagai sedekah untuk membersihkan harta yang kita miliki dan agar menjadikannya berkah. 

Saat ini putra sulung kami berusia tujuh tahun, ia sedang senang-senangnya bekerja, menabung, membeli keperluan sendiri dan menjual barang-barang atau mainannya yang masih bagus namun sudah tak terpakai. Tentu semua itu tidak terjadi dengan sendirinya, namun dimulai dengan menanamkan bahwa sekolah bukanlah untuk mencari pekerjaan. Jadi kalau saya tanya tentang cita-cita, dia akan menjawab mau jadi pengusaha ini, pengusaha itu, pemilik ini, pemilik itu. Ya, bermimpilah yang besar dan cari cara untuk mewujudkannya, mulai dari sekarang!

Berikut saya sertakan hasil diskusi HSMN Semarang tentang Pengenalan Enterpreneurship pada Anak, semoga bisa menjadi inspirasi bagi Mommies semua.

SELAYANG PANDANG
Alhamdulillah, hari ini materi kita adalah mendidik bisnis pada anak. Latar belakang materi ini adalah kisah hidup Rasulullah SAW sendiri. Beliau telah aktif berusaha dan memenuhi kebutuhannya sejak usia 7 th. Islam mengajarkan bahwa pada usia baligh setiap muslim harus mulai mampu bertanggung jawab dan menanggung beban kewajiban sebagai seorang muslim. Agar saat memasuki usia baligh mereka telah siap, upaya pendidikan, pembinaan dan pembiasaan perlu dilakukan jauh sebelum anak memasuki usia baligh

Concern kita dalam mengajarkan bisnis pada anak adalah melatih anak mandiri, bertanggung jawab, tidak suka meminta-minta dan memiliki keinginan untuk memelihara dan mengembangkan aset yang dimiliki. Sebagai orang tua, kita perlu memberi pemahaman pada anak-anak bahwa tangan di atas lebih baik dari tangan yang di bawah. Bahwa hasil keringat dan usaha sendiri lebih utama dari meminta-minta. Kita ajarkan pada mereka untuk merasa malu kalau harus meminta, termasuk pada orang tuanya. Orang tua wajib memenuhi kebutuhan mereka, bukan keinginan mereka. Kalau hal yang mereka butuhkan, kita harus memberikannya. Tapi kalau keinginan, tidak harus. Bagaimanapun keinginan kan pasti ada. Nah, untuk memenuhi keinginan mereka, kita ajarkan mereka untuk berusaha, mencari penghasilan. Sehingga mereka punya uang sendiri dan tidak perlu meminta pada orang tuanya. Bentuk usahanya bisa macam-macam, tergantung situasi dan kondisi. Bisa dengan berjualan barang atau jasa, memanfaatkan keahlian/bakat/minat masing-masing anak.

SESI TANYA JAWAB 

1. Bu novita, mommy dari 4 orang putra dan putri.
Bagaimana pertama kali mengenalkan potensi bisnis kepada anak? Dan mulai usia brp bisa diperkenalkan bisnis pd anak?

jawaban:
Awalnya dengan membiasakan anak untuk tidak meminta sesuatu yang bukan haknya. Lalu kita pahamkan bahwa untuk memenuhi keinginan mereka bisa melalui usaha sendiri. Sejak balita juga sudah bisa diperkenalkan dengan konsep uang, jual beli, dll.


2. Bu Meydiana
Assalamualaikum Teh Patra, kalau bermain jual-jualan sepertinya semua anak suka ya Teh, kayak kita waktu kecil.*eh..anak sekarang mah mainnya game gadget. Bagaimana mengenalkan Bisnis pada anak jika orangtuanya saja tidak berbakat bisnis? Mohon penjelasannya Teh, jazakillah.

jawaban:
Kayaknya bisnis ini bukan bakat-bakatan yaa, hehehe. Bisnis disini tidak selalu berarti jualan. Yang penting anak mengerti bahwa untuk memperoleh sesuatu itu memerlukan usaha. Kalau orang dewasa kan bisa bekerja. Kalau anak ya belum bisa. Jadi kita bisa kenalkan mereka dengan berbagai cara mendapatkan penghasilan. Menjual barang itu salah satunya. Selain itu mereka juga bisa menjual jasa. Jadi mereka melakukan sesuatu dan mendapatkan upah. Misalnya ada seorang anak yang jago gambar, ternyata  teman-temannya suka dan ingin membelinya. Begitu juga bisa. Sebetulnya berpenghasilan itu kan ajaran Islam, jadi setiap orang sedapat mungkin bisa melakukan sesuatu untuk mendapatkan penghasilan.

bu rossalia 
Kalo boleh ikut tanya teh, jadi kalau ada yang memberlakukan pola asuh manja, misal makan masih di suapi, diatur jadwalnya, semua serba dilayani itu gimana teh? *secara jaman sekarang banyak orang tua yang berpandangan begitu, mereka berprinsip anak tidak boleh "rekoso"

jawaban:
Tergantung kita ingin anak kita mandiri atau nggak, hehehe. Kan kalau mau panen kita perlu menanam, memelihara, memberi pupuk. Kita ingin punya anak mandiri ya kita latih mereka mandiri sejak kecil.

bu meydiana
Jadi mereka melakukan sesuatu dan mendapatkan upah.➡ upah..tidak harus dl bentuk uang ya Teh?

jawaban:
Iya mbak Mey, ga selalu uang. Jadi kalau mereka minta makan, itu ga perlu melakukan sesuatu dulu, karena itu hak mereka sebagai anak dalam tanggungan. Tapi kalau mereka minta makan ekstra, seperti eskrim, coklat, dll itu harus dengan usaha dulu. *kecuali kalau lagi ngejar berat badan yaa..


3. Bu Aan
Bagaimana cara menyeimbangkan bisnis (menghitung laba) dengan keikhlasan untuk sedekah, berbagi. Kadang, kalau jualan pelitnya muncul. Juga sebaliknya, kadang anak 'asal' bagi-bagi aja kalau lagi malas jualan. Terima kasih (Aan, ibu dua putra, 15 & 8 tahun)

jawaban:
Dalam Islam, mendapat laba dan sedekah itu seperti dua sisi mata uang. Dalam Islam, ilmu ekonomi itu terkait dengan produksi, konsumsi dan distribusi. Semua ada aturan dan adabnya. Untuk anak usia SD, kita sudah bisa mengenalkan hal yang abstrak seperti surga, neraka, cinta Allah, cinta Rasul, simpati, dan empati. Justru salah satu yang kita jadikan motivasi untuk berbisnis itu adalah agar dapat bersedekah sebanyak-banyaknya. Al Qur'an mengajarkan Bahwa orang yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling banyak bermanfaat. Juga mengajarkan keutamaan orang yang berinfaq fii sabilillah.. Dengan memiliki laba yang banyak, kesempatan masuk surga pun semakin luas.

Bu Aan:
Terima kasih, Teh. Untuk anak yang kadang 'asal' bagi-bagi gimana, ya? Kadang, niat belanjain anak agar dijual, gak tahunya malah dibagiin aja. Pernah saya beli bahan loom bands, katanya mau jual gelang. Gak tahunya undang temen-temen bikin bareng dan gratis. Saya gak masalah. Tapi ada efek nanti jadi 'kurang perhitungan' gak ya?

jawaban:
Dalam hal bisnis yaa, Anak perlu belajar tentang modal, laba dan rugi. Pahamkan pada anak bahwa modal itu harus kembali. Sementara laba, idealnya dibagi 3. Untuk menambah modal, untuk sedekah( termasuk bagi-bagi) dan untuk pribadi. Kalau bagian pribadinya mau dibagikan juga ya terserah. Jadi sebelum belajar bisnis,anak perlu mengerti tentang kepemilikan. Mana milik ibu, milik kakak, miliknya. Tidak diperkenankan menggunakan milik orang lain tanpa ijin. Apalagi menghabiskan. Termasuk barang modal tadi, diajarkan bahwa barang itu punya ibu..tidak boleh dibagikan tanpa seijin ibu. Jangan sampai mereka punya mental robin hood, so generous with other people's money.


4. Bu Endah
Asslm Wr Wb tehh Patra, anak saya 2, ryu 7 thn, Miyagi 4 thn, Ryu sdh kelihatan bakat penjualnya dan memberdayakan teman-temannya untuk membantu, tapi setelah projectnya selesai Ryu msh blm mau berbagi hasil dengan teman-temannya yang sudah membantu, bagaimana caranya mengajarkan Ryu untuk mau berbagi karena itu salah satu cara membangun team yang solid.

jawaban:
Wah..bagus itu Mbak Endah. Tinggal diarahkan. Dalam Islam, seluruh muamalah itu harus jelas akadnya. Membuat akad itu di awal. Jadi dibiasakan sebelum memberdayakan, dibuat dulu akadnya, bagaimana bagi hasilnya. Kalau tidak mau berbagi, silahkan dikerjakan sendiri saja. Kita ajarkan konsep keadilan. Kita ajarkan anak-anak kita untuk tidak terjerumus pada kezhaliman. Itulah mengapa pebisnis yang jujur  itu dijamin surga.


5. Bu Aprilia
Saya Aprilia ibu dr seorang putra (4y). Minat yang saya geluti kali ini adalah jualan cireng (bikin dan jualan). Nah, bagaimana cara mengajak krucil saya ini untuk terlibat dan enjoy bersama di dalam bisnis ini juga, langkah apa yg harus saya jalankan? Saat ini krucil saya protes kalau saya bikin cireng. (Berkaitan dengan time management saya ni kayaknya) Lalu..bagaimana menjelaskan ke anak, jualan itu apa, buat apa jualan? Jazakillah khairan teh ☺

jawaban:
Karena aktivitas membuat cireng itu adalah aktivitas komersial, kita boleh menawarkan bagi hasil kalau mereka mau membantu sesuai dengan kemampuan. Bisa bagi hasil penjualan, laba, atau upah selayaknya saja. Misalnya diupah setiap membantu saja. Nanti uang hasil jualannya bisa kita perlihatkan pada anak-anak, ini lho hasil jual cireng nya. Sebagian kita sisihkan buat beli bahan besok. Sebagian buat ibu belanja sesuatu. Sebagian boleh dibagi karena sudah membantu. Anak bisa diajarkan konsep menabung, diberi tempat menyimpan uang, dompet, kaleng bekas, dll. Anak usia 4 tahun sebaiknya tidak dibiasakan jajan, jadi uangnya jangan untuk beli permen, ciki, tapi misalnya untuk beli sepeda, mainan, dll. Sebetulnya sampai besar juga jangan dibiasakan jajan, repot kalau anak suka jajan.


6. Bu Nunung
Putra sulung saya (usia 7th) mulai saya motivasi unttk menjadi seorang pengusaha, bukan mencari pekerjaan. Sekarang dia mulai mengamati berbagai bidang usaha, kadang pengen jadi bos rumah makan, besoknya ganti pengen jadi bos pom bensin. Dirumah, mulai saya kenalkan dengan uang & pengelolaannya, harus 'bekerja' dulu baru dapat uang. Dan mengarahkan penggunaan uang yang didapat trmasuk bagian untuk sedekah & prioritas belanja dengan uangnya sendiri. Sekarang dia lagi hoby jual mainan yang dia rasa sudah bosan kƩ teman-temannya.
Pertanyaannya, stimulasi atau ide-ide apa saja yang bisa saya terapkan untuk mengeksplorasi jiwa kreatifnya dalam hal kewirausahaan. Soalny terkadang saya suka blank & mati gaya, karena di keluarga besar kami memang jarang yang menjadi seorang pengusaha. Mohon saran ya teh.
jawaban:

Hehehe..pertanyaan advanced nih bu Nunung. Waktu anak-anak kecil saya pernah membelikan komik biografi pengusaha, mungkin ada yang punya ya. Ada biografi bill gates, enzo Ferrari, dll. Sambil baca sambil cerita bahwa bisnis itu harus ditekuni. Kadang berhasil kadang gagal. Anak usia 7 tahun juga bisa mulai belajar mempraktekkan keinginannya, agar keinginan itu tidak hanya menjadi khayalan. Jadi ya bisnisnya harus dimulai saja. Nanti kan dia merasakan berhasil, gagal, susah, malas, berat, senang, dll. Secara bertahap kita juga bisa mengenalkan dengan berbagai profesi agar mereka juga semakin kaya wawasan dan bisa mendapat inspirasi. Tapi tenang aja, ga perlu buru-buru yang penting kita tidak membunuh minat anak-anak.

Bu Rossalia:
Kalau misal anak kita ajarkan untuk magang ke orang lain gitu gimana Teh? Usia berapa kira-kira bisa diajarkan untuk itu? Maksudnya kalau belajar bisnis ke orang tua sendiri tuh kadang masih bias untuk bab disiplin dan komitmen, kalau ikut orang kan bisa merasakan dari proses bawah dulu, biar ngerasain kerja sama orang, misal bantu julian barang dengan es punya tetangga. Takutnya dibilang melanggar HAM, Hehehe.. gimana Teh..

jawaban:
Itu melanggar undang2.

Bu Rossalia:
Maksudnya jualin dagangan es tetangga..
jawaban:

Hehehe..kalau jualin doang mah gapapa, kalau sampe kerja mah gawat. Jualin barang orang termasuk salah satu cara juga. Waktu anak saya kelas 3 atau 4 SD ternyata dia kongkalikong sama si mbak buat bisnis. Si mbak bikinin makanan dan dia jual. Ga semua anak seperti itu, tapi kalau ada yang berbakat ya kita kembangkan. Dulu anak saya yang kedua suka ke pasar, beli snack keringan. Dia susun di kardus bekas mie trus dia bawa ke sekolah seperti pedagang asongan. Sehari bisa dapat untung 20rb an. Makanya duitnya banyak. Sejak SD dia sudah bisa qurban dengan uangnya sendiri. Sekarang sedang mengumpulkan uang untuk umrah. Memang anaknya nggak gengsian..jadi ya segala usaha dia kerjain, hehehe. Sekarang dia pegang bisnis sosis premium, alhamdulillah omsetnya jutaan sampai belasan juta per bulan. Dia juga sudah bisa nego dengan reseller, supplier, menghitung penjualan, laba, rencana restok, dll. Usianya 14 th. Iya..selama tidak mengganggu aktivitas utamanya Insya Allah kita dukung.


7. Bu Faizzaty, moment 2 anak perempuan..
Enterpreuner menurut kebanyakan orang termasuk saya, identik dengan "berjualan". Berjualan identik dengan barang. Padahal ada juga jasa. Naah, kalo yang jasa ini bagaimana melatihnya dan mengenalkannya untuk anak. Jazakillah Teh Patra..
jawaban:
Iya mbak, jasa ini juga sarana berpenghasilan. Kalau saya sendiri, setiap aktivitas komersial yang melibatkan mereka selalu saya beri upah yang layak. Misalnya anak ketiga saya usia 13 tahun. Senang sekali ngoprek komputer. Suatu hari ada yang mau beli laptop (saya jual barang elektronik). Dia menanyakan kebutuhannya untuk apa. Saya jawab untuk desain grafis. Lalu dia yang mensurvey, memberi alternatif, mencari harga terbaik, dll. Sampai menemani saya beli komputer, berhadapan dengan pedagang, nanya spek macem-macam yang saya ga ngerti, sesudah deal saya tinggal bayar aja. Untuk jasa itu saya beri dia uang 100rb. Atau pernah laptop saya rusak. Tadinya mau saya bawa ke tukang servis untuk diperbaiki. Tapi dia menyanggupi dan berhasil. Jadi ya saya bayar dia profesional. Atau misalnya ada yang mau rental mobil, saya minta mereka bantu bersihkan mobil, lalu saya bagi mereka bagian dari uang sewanya.

Bu Rossalia:
Pertanyaan sy, apa tidak terkesan terlalu itung2n sama anak Teh? antisipasi kl ada yg komentar, hehehe

jawaban:
Kan kita dapat untung, kalau ga dibagi ya zhalim namanya. Masa anak sendiri dizhalimi. Nah, kalau kewajiban dan tanggung jawab itu tidak perlu diupah, misalnya membereskan kamar, mencuci piring habis makan, membantu memasak buat dia makan. Kalau bantu masak untuk pesanan katering itu saya beri upah.


8. Bu Fajar
Teh Patra, saya tanya soal upah yang tadi. Di keluarga saya dari dulu punya kebiasaan kalo anak-anak dimintai tolong untuk melakukan sesuatu, setelah itu dikasih upah berupa uang yang nantinya terserah anak mau untuk nabung atau membeli sesuatu. Dulu saya juga diperlakukan seperti itu sama ibu, dan uang dikumpulin. Tapi makin kesini, justru ponakan saya ga mau dimintain tolong kalo ga ada upahnya. Berarti ada yang salah ya, apa yg harus diperbaiki? 

jawaban:
Ok Mbak Fajar. Jadi, yang diupah itu dalam konteks komersial saja, dimana kita mendapatkan keuntungan materi. Anak-anak juga perlu diajari tentang saling menolong, memudahkan urusan dll. Tidak semua pekerjaan perlu diupah. Misalnya meminta tolong anak untuk membelilan bahan masakan di warung ya tidak perlu diupah, toh dia ikut makan juga, wajar sekali kalau ikut membantu.
Dan kita pun tidak akan mengupah orang lain untuk melakukannya. Hanya pekerjaan yang layak diupah saja yang diberi upah.


KESIMPULAN 
Ada beberapa poin penting dalam mengajar bisnis pada anak :
1. Bertujuan untuk melatih anak mandiri dan memiliki izzah
2. Bisnis bisa berupa barang dan jasa
3. Jasa bisa dibayar dengan upah. Upah diberikan hanya untuk pekerjaan komersial dimana kita mendapat keuntungan material.
4. Melatih bisnis tidak berarti mengeksploitasi anak-anak dan memaksa mereka bekerja di bawah umur.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sumber : Diskusi Grup HSMN Semarang
Hari : Rabu, 6 Mei 2015

Waktu   : 20.00-22.00

Tema : "Mengajarkan Bisnis pada Anak" šŸ“ 
Pemateri : Teh Patra (Yuria Pratiwhi Cleopatra
Pendidikan S1 ITB dan S2 ekonomi syariah UI

Menikah dan dikaruniai 4 anak (17, 14, 13, 3) semuanya Homeschooling)

Moderator : Rossalia Noviati
Notulen : Nila Ummu Rafa

Related

Tips 4770287025102547500

Post a Comment

Hai, saya Nurul.
Terima kasih telah berkunjung dan berkomentar pada artikel ini. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.
Salam hangat.

emo-but-icon

item