Bisnis Pertama Si Kecil

Bisnis Pertama Si Kecil Mungkin semua ibu akan mengalami saat-saat ketika si kecil ingin menghasilkan uang alias berbisnis, sebagaimana...

Bisnis Pertama Si Kecil
Bisnis Pertama Si Kecil
Mungkin semua ibu akan mengalami saat-saat ketika si kecil ingin menghasilkan uang alias berbisnis, sebagaimana yang saya alami setelah anak-anak mulai mengenal uang.

Baca : Pengenalan Uang pada Anak

Terinspirasi dari film Upin & Ipin serta beberapa teman Abang (panggilan kami pada si sulung) yang berjualan di sekolah, ia pun ingin bisa menghasilkan uang sendiri. Ada seorang temannya yang menjual coklat choki-choki seharga seribuan, ada pula yg berjualan stick  crackers yang dibalut coklat dan meises beku. Hmm.. kreatif bukan? Wajar saja kalau si abang juga ingin seperti mereka, karena kini kegiatan membantu pekerjaan rumah sudah tak lagi saya 'gaji' dan beralih sebagai tanggung jawab bersama.

Abang sempat punya ide ingin berjualan tempat pensil. Padahal harganya kan, cukup mahal untuk kantong anak-anak? Lalu ia mengusulkan, "Gimana kalo Bunda aja yang bikin jajajanan? Nanti Abang yang jual?" Fu fu fu, kayak nggak tau aja emaknya ini cuma chef ala kadarnya ^_^

Yah, berhubung kami adalah keluarga pecinta cokelat, jadi terlintas kenapa tidak menjual choco blend saja? Toh, kami selalu langganan beli Coklat Aren yang kiloan untuk dikonsumsi sendiri.

Setelah berdiskusi, akhirnya kami putuskan bahwa Bisnis Pertama Si Kecil adalah menjual choco blend dalam kemasan es lilin, dengan beberapa pertimbangan :
  • Tidak ada anak-anak yang sanggup menolak es, hehe...
  • Agar harga jual lebih terjangkau di kalangan anak-anak, yaitu Rp. 1000,-
  • Tidak perlu wadah yang besar untuk menjajakannya
  • Kemasan es lilin lebih fleksibel untuk divariasi dengan es selain coklat, seperti jus buah, es jelly, dll. Yang jelas sih, alasan utamanya kalau tiap hari jual choco blend bisa nggak dapat untung, hihihi... Sekaligus strategi agar konsumen tidak bosan.
Di hari pertama, saya membawakan 1 termos kecil berisi 8 buah es lilin saat menjemput sekolah. Sampai di sana, awalnya si Abang malu-malu. Namun, begitu mulai banyak teman-temannya yang berkerumun dan menanyakan apa yang ia bawa, ia jadi bersemangat dan berakhir dengan ludesnya dagangan kami. Ia terlihat senang dan bangga! 

Hari-hari berikutnya, saya selalu membawa es dalam termos kecil setiap menjemput sekolah, untuk dijajakan oleh Abang dan adeknya. Begitu pun setiap bermain sepeda di sore hari, ia selalu membawa es untuk dijual sambil main, termasuk ketika mengikuti berbagai ekstrakurikuler seperti taekwondo. Teman-temannya pun ikut senang! Sekarang di sekolah Abang sudah ada kantin sekolah, jadi tiap pagi ia tinggal menitipkan es dagangannya di kantin dan mengambilnya kembali sepulang sekolah.

Banyak pelajaran yang anak-anak dapatkan selama menjalani proses bisnis pertamanya. Seperti :
  1. Mengasah mental dan jiwa berdagang. Sebagaimana Rasulullah SAW yang seorang saudagar, maka kami pun berusaha menanamkan jiwa berwirausaha pada anak-anak sejak dini. Bahkan si sulung pernah berkata dengan bangga, "Bunda, dulu awal-awal Abang malu kalau mau jualan es, bingung gimana nawarinnya. Kalau sekarang, abang udah percaya diri, malah ditanya kalau pas taekwondo nggak bawa jualan, hehe.. "
  2. Bisnis Pertama Si Kecil
    Catatan pembukuan sederhana
  3. Belajar pembukuan sederhana. Meski masih sulit untuk konsisten menulis setiap hari, si kecil mulai paham tentang pentingnya pembukuan bagi seorang pengusaha. 
  4. Kejujuran. Dengan membawa buku catatan kecil setiap hari, Abang jadi tahu berapa es yang laku di kantin hari ini, berapa yang laku ketika menunggu dijemput, siapa saja teman yang belum mendapat uang kembalian, termasuk teman yang ingin memesan es untuk disisihkan terlebih dahulu. Suatu kali Abang pernah mendapat uang hasil penjualan yang tidak sesuai dengan stock yang dibawa, dari buku catatan inilah saya jadi tahu dan mengembalikan kelebihan uang keesokan harinya ke kantin sekolah. Istilah kerennya sih, Tulislah apa yang kamu lakukan dan lakukan apa yang kamu tulis. 
    Bisnis Pertama Si Kecil
    Catatan Harian
  5. Konsistensi. Ada kalanya si kecil merasa bosan dengan rutinitas berjualan, kadang muncul keinginan untuk ganti produk, seperti donat, kue, dll. Namun saya tekankan, ketika memulai sesuatu, kita perlu konsisten terlebih dahulu. "Pastikan teman-teman sudah mengenal Abang dengan es lilin yang halal & sehat, sampai melekat di pikiran bawah sadar mereka. Jadi Abang = Es lilin. Kalau sudah begitu, barulah kita boleh menambah produk jualan", itu jawaban andalan saya.
  6. Kepercayaan. Semua orang tua khususnya ibu, pasti lebih waspada terhadap jajanan yang dibeli oleh anak-anaknya. Bersyukur di sekolah abang, semua jajanan dijual oleh para siswa sendiri. Dari kita untuk kita. Atas pertimbangan tersebut, saya merasa perlu memberikan branding dengan label bahwa apa yang kami jual adalah produk halal dan sehat baik dari kandungan maupun cara pembuatannya (saya yang membuatnya sendiri). Akhirnya kami memberi label 'Halal & Healthy', sekaligus menjadi branding dan jaminan bagi para pembeli. Sehingga muncul kepercayaan pembeli (terutama ibu-ibunya pembeli) terhadap es lilin ini. 
    Bisnis Pertama Si Kecil
    Label pada Es Lilin
  7. Inovasi. Inovasi juga harus terus kami lakukan, dari es choco blend, es jus buah, es jelly, es kolak serta berbagai es lainnya akan terus kami coba. Karena saya pun sadar bahwa bisnis yang bertahan adalah yang mau terus berinovasi, jadi jangan pernah mengatakan 'Ah, cuma jualan es aja kok ribet'. Kata 'cuma' yang kita sematkan itulah parameter kesungguhan kita dalam suatu bisnis.
  8. Pemanfaatan uang. Setelah berjalan satu tahun ini, pemanfaatan uang hasil usaha es lilin pun berkembang. Dari yang awalnya 'asal balik modal', kini berkembang dengan harus  bisa menyisihkan untuk infaq, untuk 'menggaji' budhe ART kami yang membantu di bagian pengemasan alias mbuntelin es, untuk uang jajan sehari-hari, untuk membeli barang KEINGINAN mereka yang membutuhkan uang lebih, hingga menabung untuk liburan sesuai budget yang mereka miliki.
Dengan berbisnis sejak kecil, tanpa sadar anak mulai berpikir bijak dalam membelanjakan uang serta tahu bahwa selalu ada usaha luar biasa untuk mewujudkan keinginan yang besar.

Artikel ini sekaligus untuk menjawab tantangan dari Mbak Dini dan Mbak Marita tentang "Yang Pertama" sebagai tema #ArisanBlogGandjelRel periode 12. Makasih buat idenya ya mbak-mbak kece, semoga bermanfaat.

Related

Parenting 4135195828868139498

Post a Comment

  1. wah hebat ya mamahnya...idenya bagus nih mbak untuk ditiru

    ReplyDelete
  2. Jadi ingat dulu waktu SD saya juga bawa termos es lilin kalau berangkat sekolah. Hehe.. Si Abang hebat ya, memang awalnya malu, tapi lama lama asik ya, Bang. Semoga sukses bisnisnya si Abang. Makasih mba Nurul, tipsnya keren. Saya juga belajar konsisten nulis keuangan nih mbak.

    ReplyDelete
  3. Tulisannya kereeenn mbak nung, mantaapp!

    ReplyDelete
  4. Wah, keren ya si Abang... hebat juga nih mamanya yang mengarahkan.

    ReplyDelete
  5. Keren nih kegiatannya. Anakku sama, dua2nya jualan vcd games. Ngambil dari internet, aku aja gak paham gimana caranya. Waktu itu masih jarang banget orang akses internet. Aku aja belum jenal internet, wkwkwkk

    ReplyDelete
  6. Wah keren nih udah bisnis sedari kecil meneladani nabi Muhammad 😊

    ReplyDelete
  7. Inspiratif sekali, Mba Nurul.
    si Kaka juga keren deh, nggak malu dan semangat! semoga lancar terus ya dagangannya :)

    ReplyDelete

Hai, saya Nurul.
Terima kasih telah berkunjung dan berkomentar pada artikel ini. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.
Salam hangat.

emo-but-icon

item