Membentuk Karakter Anak Sejak Bayi
Membentuk Karakter Anak Sejak Bayi Anak adalah anugerah sekaligus amanah dari Allah. Namanya juga amanah, pasti kelak kita akan dimint...
https://www.parentingid.com/2017/07/membentuk-karakter-anak-sejak-bayi_14.html
Membentuk Karakter Anak Sejak Bayi |
Oleh karenanya, pembentukan karakter adalah hal paling utama yang harus dilakukan sejak sang bayi terlahir di dunia. Karakter bukan sesuatu yang muncul secara tiba-tiba. Karakter berawal dari sifat bawaan anak (yang diturunkan dari DNA kedua orang tuanya), bertemu dengan pola asuh kita yang diterapkan dan ditanamkan berulang-ulang secara konsisten sehingga menjadi kebiasaan (habit). Jadi ada 3 hal penting yang mempengaruhi karakter seseorang, yaitu sifat bawaan, pola asuh dan konsistensi.
Sulung kami memiliki sifat bawaan yang keras, dominan dan berani mengambil resiko. Masa kecilnya sering kali tantrum bila keinginannya tidak dikabulkan. Saya berjuang keras untuk tetap tegas pada aturan yang saya buat sementara si abang tantrum di tempat umum, hingga berada pada suatu titik saya melakukan afirmasi pada diri sendiri bahwa jika kali ini saya menyerah pada tantrumnya, maka kelak saya akan selalu kalah dan tak lagi bisa menghandlenya.
Perlahan saya dan suami mulai menemukan pendekatan yang cocok untuk si abang. Ia suka tantangan, maka jangan pernah menyuruhnya untuk mandi, tapi tantang ia agar bisa mandi sebelum jam 4 sore, misalnya. Anak dengan jiwa dominan tak suka dibentak atau dinasehati dengan keras, ia lebih menerima saran yang disampaikan secara lembut, dari person to person sambil dibesarkan hatinya. Begitupun persoalan susahnya ia meminta maaf karena egonya yang besar, maka pembiasaan mengucap kata "maaf", "terima kasih", "permisi" ternyata menjadi sangat efektif. Seolah menegaskan padanya, "it's okay jika kita salah, meminta maaf tak akan merendahkan harga dirinya, namun justru membuat kami semakin menyayanginya..". Dari pengalaman itu saya sangat tidak setuju jika karakter selalu diidentikkan dengan sifat bawaan seseorang, karena ada pola asuh yang sangat signifikan perannya.
Perlahan saya dan suami mulai menemukan pendekatan yang cocok untuk si abang. Ia suka tantangan, maka jangan pernah menyuruhnya untuk mandi, tapi tantang ia agar bisa mandi sebelum jam 4 sore, misalnya. Anak dengan jiwa dominan tak suka dibentak atau dinasehati dengan keras, ia lebih menerima saran yang disampaikan secara lembut, dari person to person sambil dibesarkan hatinya. Begitupun persoalan susahnya ia meminta maaf karena egonya yang besar, maka pembiasaan mengucap kata "maaf", "terima kasih", "permisi" ternyata menjadi sangat efektif. Seolah menegaskan padanya, "it's okay jika kita salah, meminta maaf tak akan merendahkan harga dirinya, namun justru membuat kami semakin menyayanginya..". Dari pengalaman itu saya sangat tidak setuju jika karakter selalu diidentikkan dengan sifat bawaan seseorang, karena ada pola asuh yang sangat signifikan perannya.
Lalu bagaimana dengan lingkungan? Pengaruh lingkungan tidaklah terlalu besar JIKA pola asuh dan konsistensi sudah dimiliki anak sejak kecil. Alih-alih menyalahkan lingkungan yang berdampak pada karakter anak, mari ingat kembali bagaimana kita mengasuh mereka semenjak bayi. Apa saja nilai-nilai yang kita tanamkan, pembiasaan-pembiasaan yang kita ajarkan, ah.. jangan-jangan itu kealpaan kita sendiri sebagai orang tua.
Pembentukan karakter yang bisa ditanamkan sejak bayi diantaranya adalah :
1. Kedisiplinan
Membangunkan sang bayi tiap dua jam sekali untuk menyusu di awal kelahirannya adalah pembentukan karakter yang pertama kali bisa dilakukan. Bagaimana ia diajarkan untuk disiplin dengan jam menyusu meski dalam keadaan tidur sekalipun, tentu untuk kebaikannya sendiri.
2. Konsep penerimaan
Hal ini terjadi saat anak sudah berusia 2 tahun dan mulai disapih. Jaman dulu para ibu menempelkan brotowali di payudara agar asi menjadi pahit, memberi "darah" mainan bahkan terkadang membohongi anak dengan mengatakan payudara ibu sedang sakit. Namun kini telah banyak ibu yang menyadari pentingnya menyapih dengan cinta, atau bahasa kerennya weaning with love. Prinsipnya adalah sang ibu memberi pemahaman kepada si anak secara berulang-ulang (sounding) bahwa ia kini mulai besar dan tak lagi disebut bayi, sehingga asi pun secara perlahan mulai tak dibutuhkan oleh tubuhnya, digantikan makanan bergizi lainnya. Dengan proses ini anak belajar 'menerima', tentunya perlu proses berminggu-minggu hingga bulanan sampai akhirnya si anak mengerti.
3. Kemandirian
Karakter kemandirian dapat ditanamkan sejak bayi melalui proses toilet learning. Kemandirian anak untuk BAB dan BAK di toilet sangat tergantung pada kemauan dan konsistensi orang tuanya, terkuhusus si ibu. Umumnya paling lama seorang anak sudah tak lagi menggunakan popok sekali pakai maupun reusable pada usia tiga tahun, namun beberapa orang tua sangat konsisten hingga mendapati bayinya yang berusia 6 bulan sudah tak lagi mengompol dan BAB sebelum digendong ke toilet. Di sisi lain, ada pula yang masih menggunaan popok seklai pakai, bahkan di usianya yang keempat tahun.
Dukungan pelaku usaha dalam menyediakan aneka keperluan anak dan bayi |
Bersyukur saat ini topik parenting sudah menjadi makanan sehari-hari para ibu muda, yang diikuti oleh para pelaku usaha yang sangat mendukung dengan menghadirkan berbagai produk perlengkapan bayi dan anak. Para ibu pejuang asi kini ditunjang dengan adanya berbagai jenis pompa asi, mulai dari yang manual hingga elektrik, termasuk hadirnya mesin sterilizer. Pakaian bayi juga mengalami perkembangan dengan dikenalkannya cloth diapers atau clodi beberapa tahun terakhir, yang tentunya akan menunjang konsistensi ibu dalam menanamkan karakter-karakter seperti tersebut di atas.
Putra kedua kami sudah mandiri dalam toilet learning di usia 18 bulan, lebih awal dibanding abangnya yang konsisten di usia dua tahun. Salah satu faktor yang membedakan adalah saya sudah mengenal clodi ketika si adek lahir, dimana clodi ini akan penuh dalam 2 - 3 kali BAK, sehingga ia tak lagi nyaman BAK di popok. Maka tangisan yang biasanya keluar saat si adek BAK di popok lama-kelamaan berubah menjadi 'gerakan khas' dari badannya sebagai pertanda agar saya segera menggendongnya ke toilet.
Perkembangan dunia digital juga semakin mempermudah tugas ibu, salah satunya adalah soal belanja. Wajar saja bila konsumen online shop 75%nya adalah wanita. Diantara kesibukannya bekerja, wanita juga harus mendidik anak, memperhatikan kebutuhan suami, mengurus rumah hingga merawat diri sendiri. Maka online shop menjadi pilihan karena sangat menghemat waktu, untuk apa harus pergi ke mall sementara mataharimall.com juga menyediakan banyak pilihan barang belanja dengan kualitas dan harga yang sama, sembari masih bisa menemani anak-anak?
Belanja perlengkapan bayi kian mudah di mataharimall.com |
Sumber gambar :
*www.cara.pro
*screenshot pribadi dari www.mataharimall.com
Belum ada bayinya aku mah 😀
ReplyDeleteGapapa mba, nanti pas ada bayinya udah pinter ^_^
Delete