Mitos Seputar Perlengkapan Bayi
Mitos Seputar Perlengkapan Bayi Menikah dan memiliki buah hati tentulah harapan bagi setiap wanita, yang seolah menjadi sebuah simbol k...
https://www.parentingid.com/2017/10/mitos-seputar-perlengkapan-bayi.html
Mitos Seputar Perlengkapan Bayi |
Berikut beberapa mitos seputar perlengkapan bayi yang perlu kita ketahui :
1. Gurita
Pemakaian gurita pada bayi semenjak lahir sangat lazim di masyarakat kita. Dengan banyaknya tali diikatkan yang justru akan membuat dada sang bayi menjadi sesak, sangat bertolak belakang dengan tujuan pemakaiannya, yaitu untuk menghangatkan bayi.
Alasan lain penggunaan gurita adalah untuk mengantisipasi kembung pada perut bayi. Sebelum mengatakan sang bayi terkena kembung, alangkah baiknya jika kita mengetahui bahwa besarnya perut bayi yang baru lahir bukanlah dikarenakan kembung, namun karena anatomi bayi yang memang unik. Yaitu ukuran perut yang lebih besar dari dada, hal tersebut disebabkan dinding otot perut bayi masih sangat lentur dan belum kokoh. Seiring bertambahnya aktifitas, maka otot perut pun akan mengencang dan tak lagi nampak seperti kembung.
Selain kedua alasan di atas, gurita dimaksudkan untuk melindungi tali pusar bayi agar tidak bergeser yang membuat sang bayi kesakitan. Pahamilah bahwa penggunaan gurita yang ketat justru akan menekan lambung dan membuat bayi tidak nyaman. Hal terpenting dalam merawat pusar adalah kebersihan, jadi pastikan untuk membersihkan pusar dengan alkohol untuk menghindari munculnya infeksi.
2. Bedong
Tujuan utama dari membedong bayi biasanya untuk menghangatkan tubuh dan untuk meluruskan kaki bayi. Jika untuk menghangatkan tubuh, rasanya jumper dengan bahan lembut yang dapat membalut seluruh tubuh bagai selimut jauh lebih fungsional, dibanding menyiksa bayi dengan bedong.
Sedangkan untuk tujuan meluruskan kaki bayi (pada bayi yang terlahir dengan kaki X atau O), sepanjang penelusuran saya sebelum menulis artikel ini, tidak didapat data maupun bukti empiris yang menyatakan keterkaitan penggunaan bedong dengan lurusnya kaki X atau O. Bahkan saya sendiri yang dari kecil juga dibedong oleh ibu, hingga kini kaki saya tetap O, hehehe... Jadi, jika bermaksud untuk memperbaiki bentuk kaki, bedong bukanlah cara yang tepat. Gunakanlah sepatu terapi, yaitu sepatu khusus yang biasanya direkomendasikan oleh dokter untuk memperbaiki postur kaki pada bayi. Terlebih lagi, posisi kaki bayi yang baru lahir memang agak bengkok, sehubungan dengan posisi bayi saat berada di dalam kandungan. Kecuali telah dinyatakan adanya kelainan bentuk tulang oleh dokter, sebaiknya kita tak perlu khawatir secara berlebihan.
Kecemasan orang tua ketika melihat bayinya memiliki efek kejut (hynogogic startles) atau kagetan, juga seringkali menjadi pembenaran digunakannya bedong pada bayi. Padahal kagetnya bayi menandakan ia responsif terhadap stimulus yang diterimanya. Gerakan terkejut dengan sedikit gemetar ini akan menghilang ketika bayi menginjak usia 3 bulan. Pelukan ibu lah yang akan memberikannya rasa nyaman dan kehangatan ketika reflek kejut terjadi.
Pertimbangan lain untuk tidak menggunakan bedong pada bayi adalah banyaknya risiko yang bisa saja muncul, seperti dislokasi tulang pinggul, infeksi pernafasan, terhambatnya perkembangan gerak motorik, hingga kematian mendadak pada bayi (Sudden Death Infant Syndrome). Oleh karenanya, mari kita lebih bijak dalam memilih peralatan bayi.
Sedangkan untuk tujuan meluruskan kaki bayi (pada bayi yang terlahir dengan kaki X atau O), sepanjang penelusuran saya sebelum menulis artikel ini, tidak didapat data maupun bukti empiris yang menyatakan keterkaitan penggunaan bedong dengan lurusnya kaki X atau O. Bahkan saya sendiri yang dari kecil juga dibedong oleh ibu, hingga kini kaki saya tetap O, hehehe... Jadi, jika bermaksud untuk memperbaiki bentuk kaki, bedong bukanlah cara yang tepat. Gunakanlah sepatu terapi, yaitu sepatu khusus yang biasanya direkomendasikan oleh dokter untuk memperbaiki postur kaki pada bayi. Terlebih lagi, posisi kaki bayi yang baru lahir memang agak bengkok, sehubungan dengan posisi bayi saat berada di dalam kandungan. Kecuali telah dinyatakan adanya kelainan bentuk tulang oleh dokter, sebaiknya kita tak perlu khawatir secara berlebihan.
Kecemasan orang tua ketika melihat bayinya memiliki efek kejut (hynogogic startles) atau kagetan, juga seringkali menjadi pembenaran digunakannya bedong pada bayi. Padahal kagetnya bayi menandakan ia responsif terhadap stimulus yang diterimanya. Gerakan terkejut dengan sedikit gemetar ini akan menghilang ketika bayi menginjak usia 3 bulan. Pelukan ibu lah yang akan memberikannya rasa nyaman dan kehangatan ketika reflek kejut terjadi.
Pertimbangan lain untuk tidak menggunakan bedong pada bayi adalah banyaknya risiko yang bisa saja muncul, seperti dislokasi tulang pinggul, infeksi pernafasan, terhambatnya perkembangan gerak motorik, hingga kematian mendadak pada bayi (Sudden Death Infant Syndrome). Oleh karenanya, mari kita lebih bijak dalam memilih peralatan bayi.
Wah jadi keinget jaman pinya bayi
ReplyDeleteYayaya.. Ilmu pengetahuan terus berkembang ya. Kita jadi lebih tahu tentang fakta gurita dan bedong sekarang :)
ReplyDeleteTapi sayangnya anak jama sekarang gak pakai ini semua, cobtohnya adikku dan adik iparku, bayinya langsung pakai baju gak pakai gurita dan bedong heuheu
ReplyDeleteMalah bagus itu mba..
DeleteBaby K pake gurita cuma beberapa hari mbak Alhamdulillah ga ada apa2 sih
ReplyDeleteSama mba, anak pertama sempat pake gurita bentar. Yg kedua sih udah ga sama sekali..
DeleteIya Mba,.. tapi anakku jg masih dipakein, nggak enak sama mertua :P
ReplyDeleteTapi cuma bebcrp hari sih, aku alasan di RS ga dipakein gurita jd nggak dipakein lagi. hihi. Nggak tau deh anak kedua ini ntar gmn :)
I feel you mba, anak pertama pake krn ga enak sama ibu. Tp yang kedua sih udah enggak, sok pengalaman gt jd udh bisa nolak. Hehehe
Delete