Yang Unik di Sepanjang Lintas Sumatera
Yang Unik di Sepanjang Lintas Sumatera Indonesia memiliki lebih dari 17.504 pulau, 16.506 di antaranya telah memiliki nama yang dibakuk...
https://www.parentingid.com/2018/08/yang-unik-di-sepanjang-lintas-sumatera.html
Yang Unik di Sepanjang Lintas Sumatera |
Sebagai anak yang lahir dan besar di Pulau Jawa, saya lumayan kuper karena pengalaman ke luar pulau saya hanya sebatas Bali dan Sumatera. Hehe.. Meski begitu, saya cukup kenyang menyusuri lintas Sumatera dalam rangka mudik, serta sangat antusias setiap kali menemui hal-hal unik yang tidak saya temui di Pulau Jawa selama perjalanan. Ini dia yang unik di sepanjang lintas Sumatera (Semarang - Padang Lawas Utara) berdasarkan pengalaman saya :
1. Spion Terbang
Yang paling khas dari lintas Sumatera adalah jalanannya yang berkelok-kelok namun dengan lalu lintas yang relatif sepi. Kalau bukan kelak kelok menyusuri danau, sungai atau laut, ya pastilah naik turun melewati hutan dan perkebunan. Di sinilah keahlian menyetir sangat diperlukan. Salut buat Bapak-bapak sopir bus lintas Sumatera yang sedemikian tangguh dan teruji dalam mengendalikan bus di jalanan yang seringkali sempit dan berliku.
Spion patah berakhir terbang, hehe... Sumber gambar : www.ask.fm |
Sepinya lalu lintas sering kali membuat sopir cenderung meningkatkan kecepatan kendaraannya. Nah, pada saat musim mudik inilah banyak insiden spion terbang akibat mobil yang berpapasan di tikungan dengan kecepatan tinggi. Sedikit saja salah perhitungan atau insting sang sopir tidak tepat, maka spion terbang sangat mungkin terjadi. Selama perjalanan lintas Sumatera, beberapa kali kami dikagetkan dengan suara 'glodak' karena menginjak spion mobil depan yang telah patah dalam hitungan detik. Ngeri-ngeri sedap gitu lah..
2. Gayung Berlubang
Setiap kali melepas lelah selama perjalanan lintas Sumatera, baik di SPBU maupun masjid-masjid, tak jarang di dalam kamar mandi saya mendapati gayung yang berlubang. Berlubang ya, bukan bocor. It means memang sengaja dilubangi. Terlihat dari bentuk lubangnya yang rapi dan letaknya yang simetris. Terkadang di dasar gayung ada 4 lubang yang simetris, kadang 3 lubang atau hanya 2 lubang.
Saking seringnya menjumpai hal ini, saya sampai penasaran dengan maksud dan tujuan gayung berlubang ini. Maka bertanyalah saya pada Bang suami, "Ay, kenapa gayung di sini sengaja dilubangi, emang ada orang yang mau nyuri gayungnya gitu?" lantas dijawab dengan santainya, "Ya biar gayungnya nggak dibawa keluar kamar mandi", "Lah, ngapain juga bawa gayung kemana-mana?" balas saya seakan belum puas, "Kan banyak tuh, orang-orang yang ngambil gayung dari kamar mandi buat sekedar ngisi air radiator samapai buat nyuci mobil! Makanya dibolongin, biar kalau dibawa keluar langsung habis tuh air.." Hahahaha... ternyata gitu toh, menarik! ^,^
3. Toilet Tanpa Pintu
Nah kalau yang satu ini biasa dijumpai di masjid atau musholla. Jadi akan ada ruangan cukup besar yang berisi kran berderet untuk wudhu, dan di sisi lain terdapat toilet berjajar yang hanya dibatasi sekat setinggi bahu serta tanpa pintu! Wkwkwk... Toilet seperti ini pertama kali saya jumpai di tepi Danau Singkarak, Kabupaten Solok.
Honestly awalnya saya agak shock, namun karena terpaksa dan kebetulan saat itu hanya kami sekeluarga yang singgah, akhirnya saya nekat jadi orang egois. Ruangan besar itu saya kunci dari dalam, jadi kalau ada orang lain yang ingin berwudhu maupun ke toilet mau tidak mau harus menunggu saya selesai buang hajat. Benar saja, begitu keluar ada ibu beserta anaknya yang menunggu di depan pintu dengan wajah agak pucat dan benggoyang-goyangkan kakinya pertanda tiiiiiiiit, hahaha... Jahat banget deh, saya.
Kabar baiknya adalah tempat wudhu dan toilet terbuka umumnya bersih dan terawat. Harus dong ya, kalau dijadikan satu dengan tempat wudhu memang musti dijaga agar tidak menjadikan najis selepas berwudhu. Setelah pengalaman pertama ini, berikutnya saya sudah terbiasa dengan toilet tanpa pintu, bahkan lama-lama jadi muka tembok buat BAK sebelahan sama orang lain. Sama-sama perempuan ini, hahahaha...
4. Pasar Setengah Hari
Suatu malam saya bersama sepupu dan para keponakan sedang berjalan menuju pasar malam di dekat rumah Uwak kami. Memang biasanya pasar malam selalu hadir setiap libur panjang, termasuk libur lebaran. Lapangan yang ditempati pasar malam ini berada di sebelah bangunan pasar. Ketika berkeliling, saya baru menyadari bahwa area ini digunakan untuk berjualan setiap harinya. Lantas, apa para pedagang libur selama ada pasar malam? No, mereka memang hanya berjualan dari jam 04.00 pagi hingga jam 12.00 siang. Setelahnya semua perlengkapan jualan dan barang-barang akan dibawa pulang dan lapangan pun kembali bersih seolah tak pernah ada pasar di situ. Hal ini benar-benar mengagumkan bagi saya!
Kalau biasanya di Semarang meski pasar telah tutup, para pedagang masih meninggalkan meja, payung serta berbagai perlengkapan jualan mereka sehingga tampak penuh. Namun di Sumatera, begitu selepas Dhuhur dipastikan bangunan pasar sudah tertutup rapi dengan halaman pasar yang super bersih. Hal ini memudahkan acara-acara lain digelar di tempat tersebut tanpa khawatir merusak pasar atau bau. Konsekuensinya nggak bisa tuh belanja sore-sore sepulang kerja, karena udah nggak bakal ada yang jualan. Jadi pilihannya hanya berbelanja di warung belanjaan terdekat. Plus kalau kita melewati pasar pada tengah hari, dipastikan akan terjebak macet yang cukup panjang, ya karena banyaknya angkot mangkal buat mengangkut peralatan dan bahan jualan untuk di bawa pulang. Tentu karena saya pun pernah mengalaminya.
Baca juga : Mengenal Saigon (Sailfin Dragon), Reptil Asli Indonesia
5. Pengendara Motor
Meski sangat tidak dianjurkan, saat musim lebaran masih banyak pemudik dari pulau Jawa yang menuju Sumatera menggunakan sepeda motor. Para pemudik motor ini biasanya membentuk kelompok dan berjalan berombongan, mereka sungguh setrong!
Hal yang paling membedakan pengendara motor warga lokal dan pemudik adalah, bahwa warga lokal itu hampir nggak pernah pakai helm. Hehehe... Mau pagi, siang, sore bahkan malam, mereka bepergian tanpa helm, tanpa jaket, tanpa masker serta berbagai perlengkapan mengemudi lainnya. Saya sampai terbengong-bengong, padahal siang hari di jalanan lintas Sumatera panasnya cukup menyengat. Bahkan ketika dalam perjalanan malam (lewat tengah malam tepatnya), sering kali kami berpapasan dengan warga lokal yang mengendarai motor tanpa helm dan jaket. Duh kok kuat banget, semoga mereka sehat selalu ya.
Di samping itu, para pengendara motor ini adalah hal yang paling 'horror' bagi pemudik yang menggunakan mobil maupun bus. Karena dengan kondisi jalanan Sumatera yang mulus, luas dan biasanya sepi, maka tak heran udah berasa jalan milik sendiri. Sehingga naik motor dengan kecepatan tinggi, seringkali mengabaikan sign lampu dan reting, rem mendadak, tiba-tiba belok, berkendara di tengah hingga berkendara secara berjajar sambil ngobrol adalah hal yang lumrah. Hal inilah yang perlu dipahami para pemudik. Sebagai 'tamu' sudah selayaknyalah kita lebih bersabar.
6. Most Favorite Game : Tembak-tembakan
Yup, main tembak-tembakan a.k.a perang-perangan adalah permainan yang paling diminati bagi warga yang tinggal jauh dari kota besar, termasuk kampung kami di Kabupaten Paluta, Sumatera Utara. Minimnya sarana hiburan membuat anak-anak hingga remaja seringkali menghabiskan waktu di persewaan play station, mengunjungi pasar malam (jika ada), bermain trek-trekan (karena jalanan relatif sepi) dan yang paling umum adalah main tembak-tembakan. Di setiap pasar yang ada, akan selalu tersedia berbagai macam pistol mainan dari yang kecil hingga yang serupa aslinya. Dari yang seharga puluhan ribu hingga ratusan ribu rupiah semuanya komplit plit plit.
Biasanya anak-anak bermain di hutan terdekat sambil tembak menembak ala tentara, atau menaiki mobil bak terbuka sambil menembakkan pistol mainan ke setiap anak di pinggir jalan, yang mana mereka bawa pistol juga. Pokoknya udah semacam mainan sejuta umat. Tak heran setiap kami pulang kampung, anak-anak selalu membawa pulang beragam pistol mainan lengkap beserta kaca matanya. Udah berasa main paintball gitu. Wkwkwk
Setiap daerah selalu memiliki ciri khasnya masing-masing, baik dari segi bahasa, budaya, kebiasaan, gaya hidup yang kesemuanya menjadi daya tarik tersendiri. Ini baru hal-hal kecil yang saya perhatikan selama mudik, belum lagi tempat-tempat wisata yang belum banyak terkespos, upacara adat mereka seperi kenduri yang unik dan masih banyak lagi. Di momen seperti inilah I'm proud to be Indonesian! Yuk, mba Ade dan mba Tanty kita explore Sumatera, semoga bermanfaat ya.
Setiap kali melepas lelah selama perjalanan lintas Sumatera, baik di SPBU maupun masjid-masjid, tak jarang di dalam kamar mandi saya mendapati gayung yang berlubang. Berlubang ya, bukan bocor. It means memang sengaja dilubangi. Terlihat dari bentuk lubangnya yang rapi dan letaknya yang simetris. Terkadang di dasar gayung ada 4 lubang yang simetris, kadang 3 lubang atau hanya 2 lubang.
Saking seringnya menjumpai hal ini, saya sampai penasaran dengan maksud dan tujuan gayung berlubang ini. Maka bertanyalah saya pada Bang suami, "Ay, kenapa gayung di sini sengaja dilubangi, emang ada orang yang mau nyuri gayungnya gitu?" lantas dijawab dengan santainya, "Ya biar gayungnya nggak dibawa keluar kamar mandi", "Lah, ngapain juga bawa gayung kemana-mana?" balas saya seakan belum puas, "Kan banyak tuh, orang-orang yang ngambil gayung dari kamar mandi buat sekedar ngisi air radiator samapai buat nyuci mobil! Makanya dibolongin, biar kalau dibawa keluar langsung habis tuh air.." Hahahaha... ternyata gitu toh, menarik! ^,^
Toilet tanpa pintu dan gayung berlubang ^,^ |
3. Toilet Tanpa Pintu
Nah kalau yang satu ini biasa dijumpai di masjid atau musholla. Jadi akan ada ruangan cukup besar yang berisi kran berderet untuk wudhu, dan di sisi lain terdapat toilet berjajar yang hanya dibatasi sekat setinggi bahu serta tanpa pintu! Wkwkwk... Toilet seperti ini pertama kali saya jumpai di tepi Danau Singkarak, Kabupaten Solok.
Honestly awalnya saya agak shock, namun karena terpaksa dan kebetulan saat itu hanya kami sekeluarga yang singgah, akhirnya saya nekat jadi orang egois. Ruangan besar itu saya kunci dari dalam, jadi kalau ada orang lain yang ingin berwudhu maupun ke toilet mau tidak mau harus menunggu saya selesai buang hajat. Benar saja, begitu keluar ada ibu beserta anaknya yang menunggu di depan pintu dengan wajah agak pucat dan benggoyang-goyangkan kakinya pertanda tiiiiiiiit, hahaha... Jahat banget deh, saya.
Kabar baiknya adalah tempat wudhu dan toilet terbuka umumnya bersih dan terawat. Harus dong ya, kalau dijadikan satu dengan tempat wudhu memang musti dijaga agar tidak menjadikan najis selepas berwudhu. Setelah pengalaman pertama ini, berikutnya saya sudah terbiasa dengan toilet tanpa pintu, bahkan lama-lama jadi muka tembok buat BAK sebelahan sama orang lain. Sama-sama perempuan ini, hahahaha...
4. Pasar Setengah Hari
Suatu malam saya bersama sepupu dan para keponakan sedang berjalan menuju pasar malam di dekat rumah Uwak kami. Memang biasanya pasar malam selalu hadir setiap libur panjang, termasuk libur lebaran. Lapangan yang ditempati pasar malam ini berada di sebelah bangunan pasar. Ketika berkeliling, saya baru menyadari bahwa area ini digunakan untuk berjualan setiap harinya. Lantas, apa para pedagang libur selama ada pasar malam? No, mereka memang hanya berjualan dari jam 04.00 pagi hingga jam 12.00 siang. Setelahnya semua perlengkapan jualan dan barang-barang akan dibawa pulang dan lapangan pun kembali bersih seolah tak pernah ada pasar di situ. Hal ini benar-benar mengagumkan bagi saya!
Kalau biasanya di Semarang meski pasar telah tutup, para pedagang masih meninggalkan meja, payung serta berbagai perlengkapan jualan mereka sehingga tampak penuh. Namun di Sumatera, begitu selepas Dhuhur dipastikan bangunan pasar sudah tertutup rapi dengan halaman pasar yang super bersih. Hal ini memudahkan acara-acara lain digelar di tempat tersebut tanpa khawatir merusak pasar atau bau. Konsekuensinya nggak bisa tuh belanja sore-sore sepulang kerja, karena udah nggak bakal ada yang jualan. Jadi pilihannya hanya berbelanja di warung belanjaan terdekat. Plus kalau kita melewati pasar pada tengah hari, dipastikan akan terjebak macet yang cukup panjang, ya karena banyaknya angkot mangkal buat mengangkut peralatan dan bahan jualan untuk di bawa pulang. Tentu karena saya pun pernah mengalaminya.
Baca juga : Mengenal Saigon (Sailfin Dragon), Reptil Asli Indonesia
5. Pengendara Motor
Meski sangat tidak dianjurkan, saat musim lebaran masih banyak pemudik dari pulau Jawa yang menuju Sumatera menggunakan sepeda motor. Para pemudik motor ini biasanya membentuk kelompok dan berjalan berombongan, mereka sungguh setrong!
Hal yang paling membedakan pengendara motor warga lokal dan pemudik adalah, bahwa warga lokal itu hampir nggak pernah pakai helm. Hehehe... Mau pagi, siang, sore bahkan malam, mereka bepergian tanpa helm, tanpa jaket, tanpa masker serta berbagai perlengkapan mengemudi lainnya. Saya sampai terbengong-bengong, padahal siang hari di jalanan lintas Sumatera panasnya cukup menyengat. Bahkan ketika dalam perjalanan malam (lewat tengah malam tepatnya), sering kali kami berpapasan dengan warga lokal yang mengendarai motor tanpa helm dan jaket. Duh kok kuat banget, semoga mereka sehat selalu ya.
Di samping itu, para pengendara motor ini adalah hal yang paling 'horror' bagi pemudik yang menggunakan mobil maupun bus. Karena dengan kondisi jalanan Sumatera yang mulus, luas dan biasanya sepi, maka tak heran udah berasa jalan milik sendiri. Sehingga naik motor dengan kecepatan tinggi, seringkali mengabaikan sign lampu dan reting, rem mendadak, tiba-tiba belok, berkendara di tengah hingga berkendara secara berjajar sambil ngobrol adalah hal yang lumrah. Hal inilah yang perlu dipahami para pemudik. Sebagai 'tamu' sudah selayaknyalah kita lebih bersabar.
6. Most Favorite Game : Tembak-tembakan
Yup, main tembak-tembakan a.k.a perang-perangan adalah permainan yang paling diminati bagi warga yang tinggal jauh dari kota besar, termasuk kampung kami di Kabupaten Paluta, Sumatera Utara. Minimnya sarana hiburan membuat anak-anak hingga remaja seringkali menghabiskan waktu di persewaan play station, mengunjungi pasar malam (jika ada), bermain trek-trekan (karena jalanan relatif sepi) dan yang paling umum adalah main tembak-tembakan. Di setiap pasar yang ada, akan selalu tersedia berbagai macam pistol mainan dari yang kecil hingga yang serupa aslinya. Dari yang seharga puluhan ribu hingga ratusan ribu rupiah semuanya komplit plit plit.
Biasanya anak-anak bermain di hutan terdekat sambil tembak menembak ala tentara, atau menaiki mobil bak terbuka sambil menembakkan pistol mainan ke setiap anak di pinggir jalan, yang mana mereka bawa pistol juga. Pokoknya udah semacam mainan sejuta umat. Tak heran setiap kami pulang kampung, anak-anak selalu membawa pulang beragam pistol mainan lengkap beserta kaca matanya. Udah berasa main paintball gitu. Wkwkwk
Kebiasaan makan bersama di selama pulang kampung di Sumatera dok.pri |
Setiap daerah selalu memiliki ciri khasnya masing-masing, baik dari segi bahasa, budaya, kebiasaan, gaya hidup yang kesemuanya menjadi daya tarik tersendiri. Ini baru hal-hal kecil yang saya perhatikan selama mudik, belum lagi tempat-tempat wisata yang belum banyak terkespos, upacara adat mereka seperi kenduri yang unik dan masih banyak lagi. Di momen seperti inilah I'm proud to be Indonesian! Yuk, mba Ade dan mba Tanty kita explore Sumatera, semoga bermanfaat ya.
Siiip.. indahny indonesia
ReplyDeleteHahaha...maapkeun nyomot fotonya, Pak..
DeleteWah, asik baanget nih perjalanan mudik lintas sumateranya ya mbak.
ReplyDeleteIyya mba, capek tapi seru..
DeleteOo.. Kirain gayung dilubangi buat wudlu hihihi..
ReplyDeleteKikikkk unik banget yaa, jauh juga perjalananmu Mbak, aku baru yogya-palembang dan rasanya encok..
ReplyDeleteWhaaaa ... Saya enggak bisa bayangin toilet tanpa pintunya. Pasti saya bakal ngelakuin hal yang sama kaya kamu, Mbak ������
ReplyDeletetoilet tanpa pintu..wah wah parah nih he3
ReplyDelete