Semarang Contemporary Art Gallery: Memandang Rupa di Kota Lama

Siapa yang tak kenal dengan Kota Lama Semarang? Kawasan Kota Lama atau dalam Bahasa Belanda disebut dengan  Semarang Oude Stad,  merupakan k...

Semarang Contemporary Art Gallery: Memandang Rupa di Kota Lama

Siapa yang tak kenal dengan Kota Lama Semarang? Kawasan Kota Lama atau dalam Bahasa Belanda disebut dengan Semarang Oude Stad, merupakan kawasan cagar budaya yang strategis dalam pariwisata, ekonomi dan sejarah bagi Kota Semarang. 

Dilihat dari kondisi geografi, tampak bahwa kawasan ini terpisah dengan daerah sekitarnya, sehingga tampak seperti kota tersendiri dengan julukan "Little Netherland". Kawasan Kota Lama Semarang ini merupakan saksi bisu sejarah Indonesia masa kolonial Belanda selama lebih dari dua abad. 

Lokasi Kota Lama berdampingan dengan kawasan ekonomi dan Stasiun Tawang yang merupakan pusat perdagangan pada abad 19–20. Di kawasan ini terdapat lebib dari 50 bangunan kuno yang masih berdiri kokoh dan mempunyai sejarah Kolonialisme di Semarang. 

Semarang Contemporary Art Gallery: Memandang Rupa di Kota Lama
Kondisi bangunan di Tahun 1937 saat digunakan sebagai kantor asuransi pertama
di Indonesia, "De Indische Lloyd" milik Oei Tiong Ham

Keindahan Kota Lama Semarang telah termasyhur bagi para wisatawan lokal maupun mancanegara. Maka tak heran jika Kota Lama saat ini sedang diajukan sebagai salah satu situs warisan dunia UNESCO. Beberapa icon bangunan Kota Lama yang paling banyak dikunjungi adalah area Taman Srigunting, yang merupakan pusat kawasan Kota Lama, Gereja Blenduk, De Spiegel, Rumah Akar, Gedung Oudetrap, hingga kawasan polder Tawang. Di antara deretan bangunan bersejarah, tak banyak yang menyadari keberadaan Semarang Contemporary Art Gallery

Semarang Contemporary Art Gallery: Memandang Rupa di Kota Lama
Kondisi Semarang Gallery sesaat akan dilakukan konservasi oleh Chris Dharmawan

Sebagai penikmat seni, museum selalu menarik minat saya. Terlebih museum kontemporer, yang sajiannya cenderung lebih mudah dinikmati. 

Sebetulnya sudah lama saya ingin mengajak anak-anak berkunjung ke Semarang Contemporary Art Gallery, namun entah mengapa teriknya matahari seringkali menyurutkan niat kami, hingga beberapa waktu lalu akhirnya berhasil menjejakkan kaki di museum ini.

Berdiri sejak tahun 2001, Semarang Gallery yang saat ini dikelola oleh seorang kolektor dan filantropi seni, Chris Dharmawan, pada tahun 2008 berpindah lokasi dari pusat Kota Semarang ke Jalan Taman Srigunting No. 5 - 6 Semarang. Tepatnya menempati bangunan warisan budaya yang menjadi tempat tinggal Pastur L Prinsen sekaligus tempat ibadah umat Katolik di tahun 1822.

Semarang Contemporary Art Gallery: Memandang Rupa di Kota Lama
Semarang Contemporary Art Galery sejak 2008 hingga saat ini

Kontras dengan panasnya siang di hari Minggu itu, begitu memasuki gedung suasana pun berubah menjadi sejuk. Ruangan yang luas serta langit-langit tinggi memberi kesan megah sekaligus bersejarah pada saat yang bersamaan. Dengan biaya admisi Rp. 25.000,-/ orang, kami berkesempatan menikmati karya dari Pidi Baiq, Klowor Waldiyono, serta Rudy Mordock, yang disajikan secara apik oleh kurator Heru Hikayat dalam pameran "Sapuan Kuas dan Kelaliman Bentuk".

Di lantai bawah, seorang penjaga telah siap menerima para pengunjung. Sang Bapak adalah satu-satunya petugas yang in charge pada hari itu. Dengan lancar ia menjawab setiap pertanyaan dari kami. Tak jarang pula terlihat ia asyik mengobrol dengan pengunjung tetap museum ini, terdengar dari hal-hal yang mereka bahas. 

Di sudut ruangan yang sama terdapat berbagai souvenir serta buku-buku seni yang dijual, sedangkan bangunan di samping gedung utama dimanfaatkan untuk cafe baca. Menarik! Rasa-rasanya inilah kelebihan galeri yang dikelola oleh pribadi, sebagaimana yang pernah saya jumpai di Museum Ullen Sentalu maupun Muesum Affandi di Yogyakarta. Bersih, terawat, serta menyediakan berbagai hal yang dapat menarik minat pengunjung untuk betah berlama-lama.

Semarang Contemporary Art Gallery: Memandang Rupa di Kota Lama
Baca juga : Menjelajahi Wisata Kaliurang dalam Sehari

Sangat menyenangkan dapat menikmati karya-karya unik sambil berkeliling dan sesekali berfoto. Antusiasme setiap kali melihat pola baru, warna baru, dan bentuk baru, sungguh memunculkan endorfin dalam diri saya. Beberapa keterangan disertakan di setiap ujung lukisan, yang dapat pula dilakukan dengan memindai barcode. Saya yakin penjelajahan ini tentu akan lebih seru jika ada pemandu yang menemani.

Semarang Contemporary Art Gallery: Memandang Rupa di Kota Lama

Semoga saja, usulan yang saya sampaikan untuk dapat menyediakan pemandu sesuai dengan pesanan (by order) dapat terlaksana. Sehingga pengalaman yang diperoleh akan lebih mendalam dan berkesan, dibanding ketika hanya mereka-reka dalam angan. Karena sejujurnya, keberadaan Semarang Contemporary Art Gallery ini memperkaya cara saya untuk Memandang Rupa di Kota Lama.

Related

Wisata 2574042174798157172

Post a Comment

Hai, saya Nurul.
Terima kasih telah berkunjung dan berkomentar pada artikel ini. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.
Salam hangat.

emo-but-icon

item