Pengenalan Uang Pada Anak
Pengenalan Uang Pada Anak Image : amarhamdani.blogspot.com "Uang bukanlah segalanya, tapi uang bisa mempermudah kehidupan kita&q...
https://www.parentingid.com/2015/03/pengenalan-uang-pada-anak.html
Pengenalan Uang Pada Anak Image : amarhamdani.blogspot.com |
"Uang bukanlah segalanya, tapi uang bisa mempermudah kehidupan kita" Sebuah quote tersebut tampaknya cukup menjelaskan tentang uang yang merupakan salah satu sarana untuk mempermudah kehidupan kita. Ingat, fungsinya hanya sarana mempermudah, jadi diharapkan dengan adanya uang kita akan lebih bebas untuk melakukan kebaikan sebanyak-banyaknya.
Konsep seseorang tentang uang sebagian besar dipengaruhi oleh bagaimana mereka diperkenalkan dengan uang sejak kanak-kanak. Apakah orang tua selalu menuruti keinginannya yang berhubungan dengan uang, ataukah semenjak kecil diajarkan bijak dalam membelanjakan uang, ada pula yang sudah ditanamkan bahwa berapapun uang yang kita peroleh, dari siapapun, sisihkan sebagian untuk berbuat kebaikan.
Lalu, kapan kita bisa mulai memperkenalkan uang pada anak? Pada saat anak telah paham kegunaan uang sebagai alat tukar, saat itu pula kita bisa memulai pengenalan uang pada anak, biasanya sekitar usia 5 tahun. Pengenalan disini bukan hanya mengajar berhitung dan menabung, namun juga nilai-nilai apa saja yang dapat ditanamkan dalam proses pengenalan uang pada anak ini.
Beberapa nilai berikut ini bisa Mommies tanamkan melalui proses pengenalan uang pada anak :
Beberapa nilai berikut ini bisa Mommies tanamkan melalui proses pengenalan uang pada anak :
Uang sebagai alat tukar.
Walaupun anak usia 5 tahun belum terlalu pandai berhitung, tapi kita bisa mulai mengajaknya berbelanja, memperkenalkan berbagai pecahan mata uang, sampai nama-nama mata uang dari berbagai negara. Oiya, kita juga bisa mendownload video pembuatan uang via you tube sebagai tambahan referensi.
Tanamkan bahwa segala sesuatu yang kita dapat selalu disertai dengan usaha.
Sebagaimana putera sulung kami harus berlatih sungguh-sungguh agar lulus ujian kenaikan tingkat dalam taekwondo, maka ia juga harus 'bekerja' agar bisa membeli mainan yang diinginkan. Kecuali kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan dan perlengkapan sekolah), bila menginginkan sesuatu maka ia harus membeli dengan uangnya sendiri. Uangnya dari mana? Ya dari bekerja di rumah. Misalnya? Membantu menyapu lantai, menyiram bunga, membantu menguras aquarium dll. Awalnya kami juga memberi 'upah' untuk menata tempat tidur, namun seiring berjalannya waktu kami memberi pengertian bahwa hal-hal seperti menata tempat tidur, membuang sampah pada tempatnya, merapikan mainan setelah dipakai, menaruh baju kotor serta merawat perlengkapan sekolah itu merupakan kewajiban. Jadi ia mulai beralih ke membantu mencuci motor, membantu membersihkan kebun, mengelap perabot rumah dll. Dan uang yang didapat dari 'bekerja' akan disimpan sendiri oleh si anak.
Butuh usaha lebih untuk mencapai tujuan besar.
Dari proses 'bekerja', anak jadi paham bahwa untuk membeli kertas binder ninja turtles ia hanya butuh uang Rp. 10.000,-, sedangkan untuk membeli crayon dengan 60 variasi warna ia perlu mengumpulkan uang lebih dari Rp. 50.000,-, yang artinya ia harus lebih giat bekerja untuk mencapai tujuannya. Suatu hari saya mengantar Abang membeli crayon, sepulangnya dari toko, Abang mulai menghitung berapa uangnya yang tersisa. Dan tiba-tiba ia berjalan ke belakang, mengambil kanebo, dan mengelap lemari!! Saya dengan heran bertanya, "Abang baru sampe rumah kok udah elap-elap aja, rajinnya..." dan masih sambil melanjutkan pekerjaannya, si Abang menjawab "Abang mau rajin bekerja, soalnya uangnya tinggal sedikit" Wah.. sudah dewasa pangeran kecil saya! ^_^
Belajar menentukan prioritas.
Dengan mengelola uang sendiri, terkadang anak jadi punya keinginan ini itu karena merasa bisa bekerja dan punya uang sendiri. Jangankan anak, kita saja yang orang dewasa suka kalap kalau lagi banyak uang. Hehe... Seperti putra kami yang suatu hari ingin membeli travel bag kecil dengan uangnya, lain waktu ia ingin membeli kamera polaroid. Kalau sudah begitu kita tinggal menekankan, sebenarnya Abang mau beli yang mana? Mana yang lebih penting? Mengapa? Dan dari situlah anak mulai belajar berpikir untuk menentukan skala prioritas.
Belajar membuat perencanaan.
Keinginan dan minat setiap anak berbeda-beda, maka hal yang di butuhkan pun berbeda antara satu anak dengan anak lainnya. Dari proses pengenalan uang pada anak, diharapkan kita akan lebih tau minat anak dengan menanyakan apa tujuan dan fungsi dari setiap barang maupun kegiatan yang ia inginkan dengan sarana uangnya. Mintalah anak bercerita, tahu mainan atau kegiatan ini dari mana? Kenapa ingin dibeli / ingin pergi ke suatu tempat? Kalau sudah dibeli akan dipakai apa / tujuannya apa? Pengetahuan apa yang bisa diperoleh? Kalau anak sudah lebih besar, arahkan seperti membuat presentasi. Karena semakin besar tak jarang keinginan anak juga berbiaya tinggi, bukan sekedar mainan lagi kan? Setelah mendengar penjelasan anak, baru orang tua berdiskusi apakah bisa diterima atau dialihkan ke hal lain, apakah perlu subsidi orang tua dan lain sebagainya.
Kamera second Abang yang masih tertulis nama pemilik sebelumnya |
Bersyukur atas semua yang kita peroleh.
Beberapa waktu lalu si Abang ingin membeli kamera polaroid, yaitu kamera yang langsung keluar hasilnya saat di jepret. Setelah diskusi kenapa dan untuk apa, kami mulai survey harga kamera tersebut. Rata-rata kamera polaroid baru dijual dengan harga di atas satu juta rupiah, sementara uang yang Abang punya tidak mencapai satu juta. Akhirnya kami putuskan untuk membeli kamera second, dengan kondisi baik dan masih bisa dipakai. Abang tetap senang dan bangga dengan kameranya karena dibeli dengan hasil usaha sendiri, tujuan membeli kamera pun masih bisa tercapai. Melalui pengalaman ini, anak diajarkan untuk tetap bersyukur akan segala hal yang ia miliki, tetap menerima dengan senang dan belajar untuk tidak memaksakan kehendak yang diluar kemampuan kita.
Saat ini, menginjak usianya yang kesembilan, Abang dan adiknya tak lagi mendapat upah ketika membantu pekerjaan rumah, karena sudah beralih prinsip dari 'membantu agar dapat uang' menjadi 'membantu ayah bunda agar makin disayang Allah'. Kini mereka mendapat uang dari berjualan es lilin di sekolah maupun saat bermain di lingkungan rumah sejak setahun lalu. Hasilnya sebagian untuk ditabung, dibelanjakan modal kembali, mengisi dompet mereka (untuk jajan dan infaq sehari-hari) serta 'menggaji' budhe ART kami yang membantu membuatkan es. Hehe.. Selain itu masih banyak nilai-nilai positif lainnya yang dapat kami ajarkan pada buah hati. Nantikan artikel selanjutnya tentang kisah jualan mereka ya! Mari belajar bersama...
Salam Hangat,
Saat ini, menginjak usianya yang kesembilan, Abang dan adiknya tak lagi mendapat upah ketika membantu pekerjaan rumah, karena sudah beralih prinsip dari 'membantu agar dapat uang' menjadi 'membantu ayah bunda agar makin disayang Allah'. Kini mereka mendapat uang dari berjualan es lilin di sekolah maupun saat bermain di lingkungan rumah sejak setahun lalu. Hasilnya sebagian untuk ditabung, dibelanjakan modal kembali, mengisi dompet mereka (untuk jajan dan infaq sehari-hari) serta 'menggaji' budhe ART kami yang membantu membuatkan es. Hehe.. Selain itu masih banyak nilai-nilai positif lainnya yang dapat kami ajarkan pada buah hati. Nantikan artikel selanjutnya tentang kisah jualan mereka ya! Mari belajar bersama...
Salam Hangat,
Uang bukan segalanya, tapi tanpa uang kita tidak bisa hidup dan membahagiakan yang tersayang 😀
ReplyDeleteBetul2 mbak Vit, seorang muslim harus kaya, biar bisa melakukan banyak kebaikan.
DeleteHarus pinter simpan uang biar nggak borod juga ya, Bun
ReplyDeleteAnakku mulai kenal uang nih, harus mulai diajarin mengelolanya jugak.
ReplyDeleteLebih baik pengenalan dini memanage uang sejak dini terhadap anak2 ya mbak
ReplyDeleteKeren amat mbak cara pengenalan uang buat anak2nya. Aku contoh yaa..
ReplyDelete